Aku heran apa yang pernah kualami selama ini dan tak pernah kuduga sebelumnya, seorang Pelajar yang sedang mencari ilmu dan ingin mendalami ilmu Agama salah satunya, dia seorang yang sangat biasa, dengan baju kokoh yang dia kenakan dan tak pantas untuk di pandang, bener-bener seoarang Pelajar yang biasa...
"Kamu di marahin lagi ya?" tanyaku
"Nggak papa kok, hanya sedikit di omelin." Katanya."
masih masalah yang sama?" Kulanjutkan pertanyaanku, dia hanya tersenyum menatapku.Ya kurasa masih masalah yang sama tapi karena rasa ingin tahu ada pada diriku dan pingin mengetahui apa yang dia alami selama ini dan akhirnya dia menceritakan pengalaman yang dia alami."
Hari Jum'at yang cerah dengan udara pergunungan yang menyejukan organ-organ tubuh, dan tumbu-tumbuhan menari-nari menyambut indahnya pagi...oh,Subhannalah betapa indahnya suasana pagi.Hari jum'at hari yang indah dibandingkan dengan hari yang lain karena hari jum'at adalah hari libur bagi ku dan banyak kegiatan yang bisa aku lakukan di hari itu.Bel keorganisasian berbunyi tanda semua Pelajar berkumpul di depan Rumah ke organisasian dan organisasi di pegang langsung oleh kelas 6 Aliyah dan itu setara dengan kelas 3 SMU dan semua peraturan kelas 6 yang pegang, masing-masing perdevisi ada aturan tersendiri.
Adzan berkumandang bertanda sebentar lagi solat jum'at diadakan dan semua santri udah pada di masjid semua dikarenakan ada nidzom yang harus ditaati dan sapa yg melanggar atau terlambat kemasjid maka bagian ta'mir akan bertindak bersama bagian keamanan dan Aku nggak mau sampe hal itu terjadi.Khotib udah naik keatas mimbar dengan ceramah ala indonesia, singkat, padat dan jelas bikin Aku terharu ama isi ceramahnya. Imam dipimpin langsung oleh pak kiyainya dengan lantunan ayat yang indah membuat suasana solat menjadi khusyu.
Solat jum'at telah selesai tapi para pelajar masih di dalam masjid mendengarkan pidato setiap devisi yang mengumumkan sapa yang melanggar peraturan dan juga ada pemeriksaan rambut dan kesan di pengunjung hari jum'at selalu ada.
Waktu buat makan siang udah tiba dan satri bergegas-gegas kedapur sementara aku hanya bisa tersenyum melihat teman-temanku dan juga nggak kalah penting idamnya(ikan) Batu bata itulah julukan buat si tempe yang di namai oleh Pelajar disana dan juga tempenya di sambalin, betul betul suasana makan siang nikmat terasa bagiku.
Sambil mengenakan baju kesanyanganku (baju kokoh) Aku menikmati santapan makan siang dengan tenang dengan lantunan suara ngaji yang selalu menghibur membuat susana terasa nyaman. Dipertengahan makan tiba-tiba Aku di tegur sama salah seorg pengurus"kenapa ente menjatuhkan nasi"kata pengurus.Aku berusaha menjawab pertanyaannya dengan nada yang tenang "Maaf sebelumnya tempat dudk ini di tempati sama santri lain dan kebetulan tempat ini kosong, jadi aku pake" Ujarku
Tanpa bertanya lebih jelas lagi, kakinya mendarat di piringku seolah-olah suasana berubah menjadi medan tempur, seperti kristenisasi yang bergejolak di Poso dan juga lantunan ayat suci Al-Qur'an tak terdengar lagi di telingaku, tanpa salah dan berdosa dia pergi meninggalkanku.
Suasana menjadi sunyi, hening tanpa ada satu suarapun, seandainya jarum patah yang jatuh pasti akan terdengar. Teman-temanku melihat ke arahku dan memancarkan sinar dimata mereka rasa iba kepada ku. Kini baju kesanyangaku tak lagi suci dan tak seperti sinar rembulan yang memancarkan sinarnya diwaktu malam, dia sudah ternodai dengan kebiadabannya, dengan kekajamannya seperti Bush memancarkan seranganya ke palestina, mengombar-ambir Irak.
Aku masih duduk dan terdiam sambil merenungkan apa kesalahanku dan juga terdetik di dalam hatiku "Ya Allah, Apakah salah dan dosaku" Hanya Engkaulah yang tau dan kepada-Mulah aku berserah.suasana makan siang tak lagi nikmat seperti apa yang aku rasakan sebelumnya, ku bergegas bangun dari tempat dudukku dan melangkahkan kaki ketempat kamarku dengan kepala menunduk dan air mata seolah akan mau turun seperti mendung akan hujan.
Suasana kamarku tak seperti apa yang aku bayangkan sebelumnya, semuanya berubah menjadi medan tempur. Pengurus kamarku seolah-olah seperti panglima perang di gurun pasir dan kawan-kawanku seperti singa yang kehausan di gurun yang tandus semuanya sudah siap bertempur demi membelaku, sementara aku??? hanya terdiam dan masih membisu seolah-olah kupingin belaian seorang ibu yang bisa menenangkan pikiranku, hanya ibulah yang aku punya yang selalu menemani dalam kesusahan." Ya Allah Berkatilah kedua Orang Tuaku dan beri petunjuk kepadaku".Isakan air mataku masih ku tahan seperti langit mendung yang menunggu perintah dari-Nya.
"ya Akhi...lapor aja dia ke ustad atau ke pak kiayi langsung mengenai hal ini biar dia di keluarkan dari sini" ujar Pengurusku."
ya Sohibbi, lari aja dan lapor ke orang tua ente biar dia di kasih pelajaran"ucap temanku."
Emang pengurus udah kelewatan dan tak berprikemanusiaan dan sok-sok jadi pengurus dan seenaknya memainkan a'doo-a'doonya (Anggota)"ujar salah satu temanku.
Pelbagai kata dan tanggapan yang masuk keteligaku seolah-olah seperti bom waktu di bali yang radarnya mencapai ketinggian beberapa derajat dan menghancurkan jantungnya bali.
Semua tanggapan dari teman-temanku, aku simpan dan aku pikir dengan kepalaku matang-matang, sambil aku berlari kebelakang kamarku. Dibelakang kamarku adalah tempat yang tenang dan sunyi di tambah indahnya pemandangan disekelilingnya, mudah-mudahan aku menemukan petunjuk disini. Akhirnya air mataku tak bisa ku tahan lagi seolah-olah langit mendung, hujanpun tiba. Rasanya sakit banget menahan hawa nafsu yang bergejolak, ingin rasanya ku bunuh dia setalah itu ku cincang-cincang dan ku makan mentah-mentah tapi aku berusaha membuang jauh pikiran itu tapi apalah daya makhluk yang doif hanya bisa menangis dan memohon pengampunanNya.
Baju kokoh hanya satu yang kupunya dan itu adalah pemberian ibuku, aku hanya bisa menatapi sambil berlinanggan air mata dan disaat itulah ku teringat ma ibu dengan susah payah mendapatkan uang untuk membeli baju kokohku. Apakah aku harus memprotes kepada pengurus yang menodai kesucian bajuku???atau apakah aku akan bakar semua bajunya??Aku teringat ma pesan-pesan temanku dan mungkin ini adalah peluang emas untuk mengusir dia dari sini, dengan hawa nafsu yang memanas-manas dan situasi yang terus memaksaku untuk trus mengusir dan menghukum dia tapi aku sadar dengan apa yang aku lakukan. perlu kesabaran tingkat tinggi untuk bisa melawan hawa nafsu dan selalu ku ingat pesan dari Pengajarku yang berbunyi "Bukanlah suatu keberanian itu mampu menghadapi lawan tapi keberanian itu adalah mampu melawan hawa nafsu" "Ya Allah berilah petunjuk dan kesebaran kepadaku dan hanya kepada-Mulah aku memohon"
Isakan tangis seorang bayi yang kelaparan menunggu makanan dari ibunya begitupula denganku hanya belaian ibuku yang selalu menengkan diriku.
seandainya aku mau, pasti aku akan melapor kejadian ini pada ustad.
seandainya aku ingin, pasti akan aku laporkan pada pak Kiayi
dan seandainya aku mampu, pasti akan ku laporkan pada kedua orang tuaku.
Tapi apa, kalau seandainya aku lapor ke ustad, pasti dia akan di hukum dan di skor berapa bulan,dan seandainya aku lapor ke pak kiayi pasti dia akan di usir dan seandainya aku lapor ke orang tua ku pasti nama pondok akan rusak.Aku nggak mau ini terjadi,Aku nggak mau dia mengecewakan orang tuanya, yang hanya tau menyekolahkan anaknya untuk agama dan menjadi anak yang soleh.
Aku nggak mau harapannya hancur.Dan Aku nggak mau, kalau nama pondok sampe tercemar hanya gara-gara seperti ini.Aku hanya bisa merenungi nasibku, kemanakah aku meminta keadilan???"Hanya kepada-Mulah yang tahu semuanya"
To be continue
0 comments